Breaking

LightBlog

Sunday, March 3, 2019

CONTOH PERUMPAMAAN ANAK YANG HILANG LUKAS 15:11-32

PERUMPAMAAN ANAK YANG HILANG
(LUKAS 15:11-32)
Hasil gambar untuk gambar anak yang hilang lukas
            Kasih sayang seseorang terhadap orang lain akan selalu ada. Terutama kasih seorang ayah kepada anaknya. Aku pernah mengalami suatu peristiwa yang tidak bisa aku lupakan dalam hidupku. Peristiwa itu adalah pemberian hadiah dari ayahku. Hadiah yang tidak seindah intan dan tak seindah rembulan. Namun bagi ku hadiah yang aku terima setiap tahun adalah hadiah yang terindah yang aku dapat. Aku menyadari kasih saying seorang ayah terhadap anaknya begitu kuat. Seorang ayah akan melakukan apa pun untuk anaknya yang dia sayangi dan dia cintai.
            Perumpamaan anak yang hilang melambangkan kasih sayang seorang ayah kepada kedua anaknya. Anak yang bungsu diberikan harta yang dia mau dan semua itu dibagikan kepada kedua anaknya tersebut. Dia ingin membahagiakan kedua anaknya. Kendati setelah itu anak yang bungsu meninggalkan ayahnya. Namun ayahnya selalu berharap Tuhan akan membuka mata hati anak bungsu untuk kembali karena ia menyanyagi anaknya. Setelah kenikmatan yang didapatkan telah habis, anak bungsu menyadari kesalahan dan ingin kembali kepada ayahnya. Ayahnya pun menerima pertobatan yang dilakukan oleh anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang ayah sangat mengasihi anaknya. Ia akan menunggu kesadaran anaknya yang berbuat salah dan selalu menerima anak itu kembali.
            Peristiwa anak yang hilang ini banyak dilihat oleh orang-orang bahwa anak bungsu inilah yang jahat. Karena ia telah meninggalkan ayah dan saudaranya dan menghabisi harta yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya. Jadi di mata setiap orang, anak bungsu inilah yang paling jahat dan tidak berterimakasih kepada ayahnya. Namun perlu diketahui bahwa anak yang sulung juga banyak dosa. Mengapa? Karena ia tidak memiliki rasa syukur kepada adiknya yang telah bertobat dan kembali bersama dengan mereka lagi dalam damai. Namun ia marah dan tidak mau menerima adiknya dalam kebahagian. Ia  justru meminta lebih dari ayahnya. Ia marah karena ia tidak diperlakukan seperti apayang dilakukan oleh ayahnya kepada adiknya dengan cara berpesta dan menyembeli lembuh tambun. Sebenarnya apa yang didapatkan oleh anak sulung tersebut lebih dari pesta yang didapatkan oleh ayahnya itu dan lebih puas daripada adiknya. Karena apa yang telah ia makan selama adiknya pergi adalah pemberiaan ayahnya sendiri. Apa yang dimakan oleh ayahnya itulah yang dimakan oleh anak sibungsu dan apa yang diminum itulah yang diminum oleh anak sulung tersebut. Namun ia tidak mensyukurinya dengan baik. Ia malah minta lebih dan menganggap bahwa adiknya lebih baik. Padahal ayahnya telah memberikan apa yang diinginkan oleh anak sulung tersebut. Selama adiknya pergi, semua yang dimiliki oleh ayah juga diberikan kepada anak sulung tersebut. Inilah yang menyatakan bahwa seorang ayah akan selalu memberi dan melakukan yang terbaik untuk anak-anak yang dikasihinya. Kendati ada yang jahat namun ia tidak memilih-milih justru ia samakan dengan yang satu dengan yang lain. Memberi kepada yang selalu bersama dengan dia dan juga memberi kepada yang jauh daripadanya. Ia akan memberi pada saat ia kembali kepadanya
            Manusia sering kali meminta lebih dan tidak mau bersyukur atas apa yang telah dimiliki atau apa yang telah diterima oleh mereka. Selalu meminta lebih dan yang terbaik. Hidup yang aku jalani tidak terlalu berbeda dengan anak yang sulung. Aku dalam keluarga juga jarang bersyukur dan selalu meminta lebih dari apa yang telah diberikan oleh orang lain kepadaku dan tidak tahu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Ketika aku membaca bab ini aku pun langsung teringat akan masa kecilku yang sama halnya dengan anak yang sulung. Pada waktu itu aku ikut dengan orang tuaku yang ke Malaysia menemani ayahku yang berkerja di sana. Ayahku yang adalah orang yang hebat menebang kayu. Maka ia pun bekerja sesuai dengan apa yang dia bisa. Aku dan ibu serta ayahku cukup lama di Malaysia. Lalu kedua kakak kandungku tinggal di kampung bersama dengan keluarga yang di kampung. Selama satu tahun meninggalkan mereka. Setelah bekerja selama satu tahun ayahku pun mengajak untuk pulang kampung dan tidak kembali ke Malaysia lagi. Kami pun pulang dan bertemu dengan keluarga dan terutama kakak-kakak kandungku sendiri.
            Satu peristiwa yang selalu aku ingat, pada saat sebelum pulang aku pun meminta lebih dari apa yang akan diberikan kepada kakak-kakakku. Padahal aku lebih dari mereka, karena aku telah menerima apa yang mereka terima. Karena aku selalu bersama dengan mereka. Jadi apa yang mereka makan maka itulah yang aku makan pula. Padahal kedua kakakku tidak menerima apa yang selalu aku terima dari kedua orang tuaku. Mereka hanya mengharapkan dari nenek dan kakekku serta keluarga yang lain untuk menafkahi hidup mereka berdua. Ketika mendengar apa yang mereka lakukan selama kami pergi, aku kadang meneteskan air mata yang melambangkan kasihan dan juga bahagia. Kasihan karena mereka diperlakukan kurang baik. Hal ini aku ketahui karena mereka sendirilah yang mengatakan kepada kedua orang tua kami. Bahagia karena hal itu tidak akan terjadi lagi, karena semenjak itu aku dan keluarga ku selalu bersama dan tidak meninggal satu dengan yang lain lagi. Barulah setelah peristiwa itu juga aku sadar bahwa orang yang jauh dari ayah atau pun ibu adalah orang yang sangat memerlukan kasih sayang. Karena kasih sayang orang tua melebihi kasih sayang tante, om, nenek, kakek, kakak sepupu dan yang lainnya. Aku pun menyesal dengan apa yang telah aku lakukan.  Hal ini yang tidak bisa aku lupakan dalam hidupku. Dari peristiwa itu aku berusaha memperbaiki diri, kendati kala itu aku masih kecil namun untuk mengerti aku sudah bisa dan bahkan bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Peristiwa ini tidak akan bisa menghilang dalam hidup ku dan bahkan seumur hidupku di dunia ini.
Aku akui bahwa aku memang termasuk orang yang egois, jika aku mengingat apa yang telah aku lakukan. Bahkan dalam hidup sehari-hari aku bisa mengerti bahwa sifat anak sulung dalam teks tersebut hampir sama. Karena dengan ingin memiliki hal lebih yang kemudian menjadikan aku hanya mementingkan diri sendiri. Sehingga orang lain aku tidak pikirkan. Mungkin saja mereka lebih membutuhkannya daripada diriku sendiri. Tuhan tidak pernah meninggalkan aku sedikit pun. Bahkan setiap nafas yang aku keluarkan dari hidungku ini Ia selalu menemani aku. Aku sadar bahwa Tuhan selalu membantu aku dalam memperbaiki diri mejadi lebih baik. Menjadi orang yang tahu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki dalam hidup ini. Tuhan selalu hadir dalam diri teman-teman seangkatan yang selalu menasehati aku dalam menjalani hidup panggilan ini. Keegoisanku juga mereka tegur. Aku akan selalu terima apa yang mereka sampaikan kepadaku dan menjadikan itu sebagai alasan untuk memperbaiki hidupku. Tuhan juga selalu hadir dalam tindakan dan perbuatanku. Aku bennar-benar menyadari bahwa Tuhan selalu ada dalam hidup ku.
Lukas 15:11-32 ini benar-benar mengajak aku untuk tahu beryukur dan mau memperbaiki diri dari sebelumnya. Teks yang sangat sesuai dengan hidupku. Aku akan terus berusaha memperbaiki diri. Selama aku masih diberi waktu untuk itu. Amin.
Daftar Pustaka
Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2012.

No comments:

Post a Comment

Adbox