Suatu hari, kebenaran pergi berjalan-jalan dengan bertelanjang diri, selayaknya bayi yang baru dilahirkan. Namun apa yang terjadi? Orang yang melihatnya malah berbalik lari menghindari. Tak seorang pun mengajaknya mampir ke rumah mereka. Kebenaran merasa sedih dengan apa yang terjadi. Ia lalu menemui Ibarat. Ibarat senantiasa mengenakan pakaian yang indah penuh warna-warni. Ketika melihat Kebenaran, Ibarat berkata, “katakan, apa yang membuatmu sedih, Sobat?
Dengan getir, Kebenaran menjawab, “Saya sedih. Sangat sedih. Usiaku sudah sangat tua, namun tak seorang pun mengenaliku, bahkan menyapaku. Tak seorang pun mau menerimaku.” Mendengar hal ini, Ibarat membalas, “Orang-orang itu menghindari bukan karena kau tua. Bukankah aku juga tua sebagaimana engkau. Namun semakin tua usiaku, semakin banyak orang yang menyukaiku. Mari, aku sampaikan satu rahasia: Setiap orang menyukai hal-hal yang sedikit samar-samar dan cantik. Mari, aku pinjami kau pakaian indahku ini, maka akan kaulihat orang-orang yang menyinggirkanmu tadi akan mengajakmu ke rumah mereka dan bersenang dengan kehadiranmu”;
Lalu, Kebenaran mengikuti saran dari Ibarat. Ia mengenakan pakaian indah yang dipinjamnya dari Ibarat. Dan, sejak saat itu, Kebenaran dan Ibarat selalu berjalan dengan bergandengtan tangan.
Sering kali Kebenaran yang disampaikan secara langsung terasa menyakitkan, menakutkan. Dan tak dimengertikan. Namun, Kebenaran selalu mudah diterima tanpa merasa di nasihati.
No comments:
Post a Comment